Kejayaan Lada Lampung yang Memudar: Bisakah Bangkit Kembali?

 
Lampung, provinsi yang pernah dikenal sebagai produsen utama lada hitam di Indonesia, kini menghadapi tantangan serius dalam sektor pertanian ladanya. Perubahan ini membawa dampak besar bagi para petani yang menggantungkan hidupnya pada komoditas andalan tersebut.
 
Luas perkebunan lada di Lampung terus mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2011, luas area perkebunan mencapai 63.679 hektar. Namun, data terakhir menunjukkan bahwa angka ini telah menyusut menjadi 45.848 hektar pada tahun 2019. Alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab utama penurunan ini, ditambah dengan minat petani yang mulai beralih ke komoditas lain seperti jagung dan ubi kayu yang dianggap lebih menguntungkan.


Harga lada yang terus berfluktuasi menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pilihan petani. Ketidakstabilan harga menyebabkan pendapatan mereka sulit diprediksi. Petani mengeluhkan harga jual lada yang kerap tidak sebanding dengan biaya produksi, sehingga mereka lebih memilih tanaman yang memberikan harga lebih stabil dan keuntungan lebih pasti.

Budidaya lada di Lampung juga dihadapkan pada berbagai kendala serius. Salah satunya adalah serangan penyakit busuk pangkal batang yang hingga kini belum ditemukan solusi efektifnya. Selain itu, penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan lahan yang intensif tanpa praktik pertanian berkelanjutan semakin memperburuk kondisi.

Tak hanya itu, penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang masih rendah menjadi tantangan tambahan. Banyak petani belum mengadopsi metode pemupukan yang sesuai dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu, sehingga produktivitas lada cenderung menurun.

Kondisi yang tidak menguntungkan ini membuat banyak petani memilih untuk meninggalkan budidaya lada. Sebagai gantinya, mereka beralih ke komoditas seperti karet, singkong, dan kopi yang dianggap lebih menjanjikan. Tanaman-tanaman ini dinilai memiliki risiko lebih rendah serta memberikan hasil yang lebih stabil.

Meski begitu, peluang untuk menghidupkan kembali kejayaan lada Lampung masih terbuka. Upaya revitalisasi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lada. Penggunaan varietas unggul, penerapan teknologi budidaya modern, dan pengendalian hama secara efektif menjadi langkah-langkah penting yang harus diambil.

Selain itu, perbaikan mutu produk melalui prosedur pasca panen yang lebih baik dapat meningkatkan daya saing lada Lampung di pasar global. Dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk mengatasi kendala yang ada dan mendorong kebangkitan sektor ini.

Dengan strategi yang tepat, pertanian lada di Lampung tidak hanya berpotensi kembali menjadi tulang punggung ekonomi daerah, tetapi juga menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia.

Lebih baru Lebih lama

Editor : Havid Nurmanto

نموذج الاتصال